Di tengah perubahan sosial dan teknologi yang cepat, generasi milenial menghadapi berbagai tantangan unik yang berpotensi menjadi penyebab stres.
Dari tekanan karier hingga perbandingan di media sosial, faktor-faktor ini sering kali saling terkait. Sehingga, menciptakan lingkaran setan yang sulit untuk kita hindari.
Jadi, apa saja yang bisa menyebabkan stres di kalangan milenial?
Penyebab Stres di Kalangan Milenial
Meskipun katanya teknologi bisa memudahkan pekerjaan para generasi milenial, tapi bukan berarti mereka bisa terbebas dari belenggu stres.
Ada kalanya, teknologi dan segala aspeknya memberikan banyak tantangan yang malah menjadi beban pikiran. Lalu mencipta beberapa kondisi yang merupakan ciri-ciri orang stres ringan bahkan berat.
Oleh karena itu, kita bisa menjelajah beberapa penyebab utama stres di kalangan milenial dan memberikan wawasan tentang bagaimana mengidentifikasi serta mengatasi tekanan tersebut.
1. Tuntutan Karier dan Ketidakstabilan Ekonomi
Banyak milenial memasuki dunia kerja saat atau segera setelah resesi global besar. Hal ini berdampak pada prospek kerja dan stabilitas ekonomi mereka.
Tekanan untuk bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif sering kali menyebabkan stres berkepanjangan.
Milenial sering kali merasa harus terus-menerus meningkatkan keterampilan mereka bila tidak ingin tertinggal. Sehingga menambah beban mental yang mereka tanggung.
2. Teknologi dan Kehidupan Digital
Teknologi bagai pisau bermata dua. Dalam artian, meskipun membawa banyak manfaat, teknologi juga bisa menambah tekanan pada mereka.
Kehadiran media sosial dan internet bisa membuat milenial terus-menerus terhubung. Hal ini bisa saja mengurangi waktu istirahat mental yang penting.
Selain itu, perbandingan diri dengan orang lain di media sosial dapat menimbulkan perasaan bahwa kita mungkin tidak cukup baik, cemas, bahkan depresi.
3. Tekanan Sosial dan Ekspektasi Pribadi
Milenial sering kali berjuang dengan ekspektasi yang sudah ditetapkan oleh masyarakat dan tekanan dari keluarga atau teman-teman dalam mencapai tonggak kehidupan tertentu.
Sebut saja untuk urusan menikah, memiliki anak, atau membeli rumah pada usia tertentu.
Ketidaksesuaian antara harapan dengan realitas yang ada dapat menimbulkan stres yang cukup signifikan.
4. Kesehatan Mental dan Kesadaran
Sementara itu, kesadaran akan kesehatan mental telah meningkat dengan pesat. Sayangnya, masih saja ada stigma yang kurang baik di beberapa lingkungan.
Milenial cenderung lebih terbuka tentang masalah kesehatan mental mereka. Namun sering kali menghadapi tantangan dalam mencari bantuan karena stigma atau keterbatasan akses ke layanan kesehatan mental yang efektif.
5. Lingkungan dan Kekhawatiran Global
Generasi ini juga unik karena memiliki tingkat kesadaran yang tinggi tentang masalah global seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan sosial, dan politik.
Meskipun hal ini termasuk dalam hal yang baik. Sayangnya, hal ini juga bisa menjadi salah satu penyebab stres. Mengapa demikian?
Kekhawatiran tentang masa depan bumi dan masyarakat dapat menambah beban emosional. Terutama bagi mereka yang merasa tidak memiliki cukup sumber daya atau kekuasaan untuk membuat perubahan yang signifikan.
Lantas bagaimana strategi mengatasi stres yang efektif di kalangan para milenial?
Strategi Mengatasi Stres yang Efektif
Membiarkan diri tenggelam dalam kondisi stres bukan hal yang baik. Untuk mengatasinya, para milenial perlu mengembangkan strategi yang efektif, antara lain:
1. Menetapkan Batasan dengan Teknologi
Banyak generasi milenial yang tidak bisa lepas dari teknologi, khususnya gadget. Entah untuk urusan pekerjaan atau sekedar berjejaring dengan teman maya.
Para milenial bisa mengalokasikan waktu tertentu untuk terlepas dari perangkat digital. Hal ini dapat membantu kita untuk mengurangi tekanan dan kelelahan informasi.
2. Mencari Dukungan Sosial
Saat sedang mengalami ciri-ciri stres ringan, seperti mudah marah, kesulitan untuk konsentrasi, mengalami kecemasan ringan, susah tidur, perubahan nafsu makan dan lain-lain. Kita bisa mencari dukungan dari orang lain. Tidak perlu menyimpannya sendiri.
Berkomunikasi secara terbuka dengan teman, keluarga, atau profesional tentang perasaan kita dapat membantu untuk meredakan beban lho.
3. Mengelola Ekspektasi
Kita boleh saja menginginkan sesuatu dalam hidup. Hanya saja, kita perlu menetapkan batasan. Bagaimana maksudnya?
Kita perlu mengakui bahwa tidak semua tujuan harus tercapai sesuai jadwal yang ditetapkan masyarakat. Dengan begitu, kita bisa mengurangi tekanan untuk “menyempurnakan” segala aspek kehidupan.
4. Fokus pada Kesehatan Mental
Strategi kesehatan mental yang tidak kalah penting adalah menjaga kesehatan mental.
Kita bisa melakukan rutinitas yang mendukung dalam keseimbangan kehidupan, seperti meditasi, olahraga, dan hobi yang memuaskan.
Penutup
Dengan mengenal lebih jauh mengenai penyebab stres dan cara mengatasinya, milenial dapat mengambil langkah konkrit untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka.
Keseimbangan adalah kunci, dan dengan alat dan dukungan yang tepat, stres dapat kita kelola dengan lebih efektif.
Meski ada banyak informasi mengenai faktor yang menyebabkan stres dan bagaimana cara mengatasinya dengan baik. Kita tetap tidak bisa mendiagnosa permasalahan kita sembarangan ya!
Bila memang kita merasakan ada ciri-ciri stres ringan, ada baiknya bila kita berkonsultasi pada ahlinya. Sehingga, kita tidak salah dalam mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Tapi, kita tetap boleh mengambil langkah preventif sebelum ke psikolog atau psikiater. Coba dulu mengenal stres dan cara menghadapinya dengan benar.
Betul sekali
Generasi sekarang lebih mudah stres
Alhamdulillah, ada solusinya juga
Sehingga kesehatan mental tetap terjaga
Saat ini, gampang sekali orang stress. berbagai tekanan hadir, termasuk dari media sosial. Saya pribadi dulu sering membandingkan diri, kok orang lain sudah sukses seumur saya bahkan ada umurnya muda, sedangkan saya begini-begini saja hahaha.
Namun saya kembalikan, kalau hidup ini tak ada yang sempurna dan sawang sinawang. Bisa saja ada kekurangan dari mereka yang tidak saya ketahui. Jadi kuncinya memang harus bersyukur.
Sebenernya generasi lain juga rawan ke setres. Mungkin kalau milenial usia lagi puncak²nya karier yah. Jadi kayak dituntut oleh lingkungannya u/ selalu di puncak..
Biar gak makin stress, aku mulai belajar mengelola ekspektasi sih. Soalnya ekspektasi yang berlebihan itu gampang membuat hidup semakin stress.. Alhamdulillah sekarang sudah berkurang stressnya..
Tekanan ini kayanya juga dialami gen z yang udah mulai kerja, ya. Jadi tipsnya juga bisa diterapkan mereka
saat ini hampir semua tanpa disadari emnuntut serba cepat hingga akhirnya berlomba-lomba dan tidak menikmati momen yang ada. Dengan mengenali penyebab stres dan cara mengatasinya akan menjaga kewarasan kita
Waktu musim mudik, jalanan di kampung jadi mendadak macet. Walah saya yg biasa ngebut sana sini jadi dituntut banyak sabar. Lama lama bisa stress juga itu saling jengkelnya. Gak kebayang kehidupan di kota besar yg kesehariannya pulang pergi selalu kena macet.
Jadi bersyukur tinggal di kampung. Hahaha…
Memang banyak banget faktor penyebab stres. Mau tidak mau kita sendiri yang harus mengenali agar bisa mengelolanya sehingga tidak kebablasan.
Aku mengakui sih mbak, semakin kesini semakin berat banget tekanannya, termasuk soal finansial. Kadang mikir juga karena belum bisa ngasih yang terbaik untuk keluarga huhu
Sepakat, kesehatan mental memang perlu jadi perhatian serius. Sayangnya ada aja orang dari generasi di atasnya (gen x dan baby boomer) yang menganggap milenial yang mengalami masalah kesehatan mental itu lemah dan lebay.
Lingkungan dan juga si medsos ini memang sesuatu dalam memengaruhi mental.
Jadinya, kudu kitanya sendiri juga yang bisa ngerem dengan baik, biar gak meluncur ke arah stres
Sekarang banyak banget ya orang stres baru. Mana usianya kadang masih muda pula. Jadi, perlu banget management stress gini. Ketahui terlebih dulu apa penyebab stres, baru bisa mengatur stres. Yang paling mudah bikin stres itu biasanya masalah finansial
Makin banyak anak muda yg stress dan jangan sampai jadi depresi lalu bun dir, ampuun dah. emang perlu dihadapi dan diatasi ya stress itu, jangan sampai mengganggu kehidupan sehari-hari.
Banyak sekali yang stress saat ini bukan hanya karena kerjaan atau tekanan kantor, karena kalau ini , pasti bisa selesai cepat juga bersama tim. Stress yang cukup menganggu kebanyakan generasi sekarang lebih banyak karena ekspektasi yang taks esuai hasil, melihat banyak tayangan di medsos yang benar-benar membuatnya tertekan, dan kalau sudah begini, memang butuh langkah khusus untuk mengatasinya
Pengaruh internet dan media sosial juga ikut ngaruh ya secara nggak langsung. Pernah juga sih kayak kebanyakan sosmed jadi mudah overthingking
Mengijinkan diri untuk membangun batas tertentu dengan perangkat elektronik terutama media sosial tuh, sebenarnya berasa banget lho dampak baiknnya. Paling nggak ya jadi punya quality time sama diri sendiri untuk mencegah muncul berbagai ekspektasi yang akhirnya menyiksa diri sendiri.
Zaman sekarang ini kalau kita nggak pandai manajemen emosi emang bahaya, sih. Harus menjaga mental tetap sehat.
Dengan melakukan rutinitas yang mendukung dalam keseimbangan kehidupan, seperti meditasi, olahraga, dan hobi.
Hidup milenial itu keras, jadi emang harus kuat ya
Tak heran jika rentan stres juga
Makanya perlu juga manajemen stres ya
Semua yang disebutin udah pernah bikin aku stress. Sekarang fokus mengobati kesehatan mental saja biar tetap waras dan yakin bahwa rejeki sudah Allah atur dengan baik. Ikhtiar yang maksimal dan berdoa agar semua yang kita harapkan berjalan dengan baik. Aaamiin
Bener bangeet, kadang media sosial itu bikin stress dan jadi bahan membanding-bandingkan diri huhu. Setuju juga emang harus menetapkan batasan penggunaan teknologi dan media sosial plus mengatur ekspektasi supaya gak kecewa mendalam.
Stres bisa dialami siapa saja ya, apalagi di era sekarang. Wong ponakanku yang SMP aja bisa ngeluh-ngeluh tentang stres juga. Dan aku setuju, berjarak dengan gadget itu penting lho, supaya kita tidak over scrolling, etc, yang bisa menyebabkan stres
Zaman berubah, manusia pun dituntut adaptif dengan perubahan.
Beruntung para gen milenial yang merasakan susahnya zaman dulu sekaligus kecepatan dunia teknologi zaman skarang. Sehingga kemudahannya beradaptasi ini menimbulkan karakter yang kuat dan tahan banting.
Stres sampai ke mental health bukanlah sesuatu hal yang tabu lagi untuk dibicarakan.
Semoga ada solusi di setiap hambatan yang menghadang generasi milenial.