Halo, Kawan Risalah-ku. Kali ini, boleh nggak aku bercerita tentang Drama Korea dan China yang baru selesai kutonton? Judulnya Family by Choice dan Go Ahead. Ada yang sudah nonton belum?
Iya. Beberapa hari lalu aku baru ngelarin petualangan emosional menonton dua drama yang cerita dasarnya sama, tapi rasa dan warna emosinya berbeda untuk kesekian kalinya. Go Ahead dan Family by Choice.
Kedua karya ini kayak ngasih pelajaran bahwa luka lama bisa perlahan sembuh, jika ada kehangatan dari keluarga yang benar-benar hadir. Bukan sekedar keluarga yang ada dalam kartu keluarga yang sama lho ya.
Dua Drama, Satu Tema
Rani Noona sudah pernah bahas tentang Ending Family by Choice di blognya. Kalian bisa baca di sana juga ya buat referensi tambahan sebelum menonton dramanya.
Kalau di blog ini, kalian hanya akan membaca semacam catatanku setelah menonton dua drama yang punya satu tema. Yuk lanjut baca catatanku dulu ya! Ini tuh semacam hobi biar kerasa manfaat menulis.
Tahu sendiri ‘kan para sineas China tuh kayak yang suka gitu bikin drama dengan jumlah episode yang banyak. Go Ahead misalnya. Mereka bikin sampai 40 episode.
Nggak heran, kalau Go Ahead terkesan memperlambat kisahnya agar kita bisa merasakan tiap celah luka yang masih menganga. Sedangkan Family by Choice memadatkan konflik dan romansa agar garis besar tema “keluarga pilihan” tetap tajam.
Drama Korea Family by Choice tayang di JTBC dan VIU dari 9 Oktober sampai 27 November 2024. Jumlah episode-nya cuma 16, disutradarai oleh Kim Seung-Ho, dan penulisnya adalah Hong Si-Young.
Tentang Mereka yang Pergi

Pas nonton Family by Choice aku menyadari bahwa ketiga tokoh utamanya punya luka masing-masing. Semua luka itu berasal dari keluarga atau yang mereka anggap sebagai keluarga.
Pertama ada Kim San-Ha yang pernah kehilangan adik perempuannya. Belum lagi ibunya yang terus menyalahkan San-Ha atas kematian itu.
Meski pindah ke tempat baru (menjadi tetangga Yoon Joo-Won), tuduhan itu nggak pernah hilang. Ibunya malah kayak semakin menjadi-jadi rasa bencinya. Hingga puncaknya sang ibu meninggalkan San-Ha.
Tentu saja, beban yang terbawa dari masa kecil itu nggak mudah terhapus begitu saja. San-Ha tumbuh dengan rasa bersalah dan kehampaan yang harus terus ditanggungnya.
Begitu pula Joo-Won dan Kang Hae-Jun. Masing-masing menyimpan lukanya sendiri.
Joo-Won yang selalu menyembunyikan rasa rindu pada ibunya yang sudah meninggal. Semata-mata biar ayahnya nggak merasa terbebani.
Pun begitu dengan Hae-Jun yang merasa terbuang. Sang ibu yang awalnya melakukan kencan buta dengan ayah Joo-Won dan sayang padanya malah pergi tanpa kabar.
Meninggalkan Hae-Jun dan membuatnya merasa berhutang dan punya kewajiban untuk membalas. Kalau ada kabar sih enak ya! Bisa sekalian kasih rekomendasi sejarah di Jogjakarta gitu sama ibunya Hae-Jun.
Kawan Risalah-ku, tahu nggak sih? Aku tuh kayak merasa momen ini sangat relate dalam hidup kita.
Ibaratnya gini, masing-masing dari kita mungkin pernah menyimpan luka dari hal-hal yang nggak bisa terucap. Entah itu dari kepergian seseorang yang nggak bisa kita pahami, atau kondisi yang memang membuat kita tersakiti.
Tapi, apapun kondisi luka dan kesakitan yang kita rasakan. Seharusnya ada sesuatu yang bisa menjadi sumber healing dari luka dan kesakitan itu. Kayak yang ada dalam kedua drama yang kita bahas ini.
Kehangatan Keluarga sebagai Penyembuh
Ini tuh hanya semacam catatan ya! Kalau kalian pingin cari detail atau sinopsis drama Family by Choice, mending kalian baca blog review drakor, dracin, dan dorama saja. Lebih lengkap dan paten pastinya.
Oke. Biarkan aku melanjutkan catatanku tentang kedua drama keluarga ini ya! Kita sudah sampai di bagian yang menurutku paling menyentuh. Apakah itu?
Saat menonton kedua drama ini, baik versi China-nya Go Ahead dan versi Korea-nya Family by Choice, aku menyadari bahwa setiap luka punya jalan untuk sembuh. Salah satunya adalah kehangatan keluarga.
Meski nggak sedarah, setiap karakter utama dalam drama ini bisa saling memeluk dan menguatkan satu sama lain demi menyembuhkan luka di masa lalu.
Contohnya, meskipun San-Ha tumbuh dalam penghakiman dari ibunya sendiri, di sisi lain ia menemukan pelipur luka lewat hubungan yang terjalin dengan Joo-Won dan Hae-Jun.
Keduanya menjadi keluarga yang bukan sedarah, tapi bisa menjadi tempat bernaung. Dan aku semakin menyadari bahwa keluarga bukanlah sekadar berada di kartu keluarga yang sama, tapi mereka yang memilih tetap tinggal dan berada di hati kita.
Dan bukan hanya anak-anaknya, orang tua dalam drama ini pun punya luka masing-masing. Namun alih-alih menjauh, mereka pilih untuk saling menguatkan.
Justru dari hubungan saling mendekat dan memahami inilah proses penyembuhan berjalan, secara perlahan. Nggak instan, tapi terasa nyata gitu lho.
Go Ahead vs Family by Choice: Rasa yang Berbeda

Kawan Risalah-ku pasti akan menemukan banyak tulisan yang membahas tentang perbandingan antara drama Go Ahead dan Family by Choice. Tapi, inilah catatanku di salah satu rekomendasi aplikasi menulis untuk keduanya.
Kalau Go Ahead memberi kita ruang panjang untuk mengenal setiap karakternya, maka Family by Choice mengepak intensitas dalam durasi yang lebih terbatas.
Rasa kehilangan bakal terasa lebih pekat di Go Ahead, tapi kehangatan keluarga terasa lebih mengena di Family by Choice. Semua itu berkat momen-momen pelukan emosional yang terselip dalam setiap konfliknya.
Namun bagiku, keduanya bisa saling melengkapi. Go Ahead memberi pondasi luka dan sejarah, Family by Choice menyajikan penyembuhan melalui kehangatan relasi baru.
Kalau ada yang tanya, aku lebih suka nonton drama yang mana. Maka jawabannya, aku lebih bisa menikmati Family by Choice. Tapi, kalian harus tahu! Aku sudah rewatch Go Ahead minimal 4 kali selama ini lho.
Pelajaran dari Luka dan Kehangatan
Kawan Risalah-ku, kita mungkin nggak bisa memilih luka yang akan datang. Tapi, kita bisa kok memilih siapa yang tetap tinggal dan siapa yang menjadi penghangat di tengah cuaca dingin.
Harus kuakui, Kedua Drama ini mengajarkanku bahwa luka itu memang ada, tapi bukan akhir dalam sebuah cerita.
Setiap pelukan, setiap kata “aku di sini,” dan setiap waktu yang tersedia untuk saling menenangkan. Itulah instrumen kecil tapi kuat yang membantu kita untuk menambal hati yang retak.
Jadi, meskipun ada mereka yang pergi, biarin saja. Soalnya, pasti akan ada juga keluarga yang tetap bertahan. Percayalah! Mereka itulah yang perlahan akan mengobati luka di hati kita.
Sampai jumpa di catatan selanjutnya, Kawan Risalah-ku. Semoga kalian nggak akan pernah bosan membaca catatanku ya! Soalnya, aku sudah jatuh bangun belajar SEO demi konten yang berkualitas.
….luka itu memang ada, tapi bukan akhir dalam sebuah cerita.
Kalimat ini ngena banget. Seringnya kita tuh muter-muter di situ aja, saking merasa diri paling terluka sehingga sulit move on.
Aku belum nonton dracin maupun drakornya, kayaknya seru aja. Tapi masih mikir-mikir kalau sampai puluhan episode…
Belum nonton nih saya yang Family by Choice. Tapi, suka banget yang Go Ahead. Kemungkinan saya bakal suka juga jalan cerita di Family by Choice.
Tentang luka, apalagi luka batin pasti bekasnya akan lamaaa mengendap dan akan terus ada jika masing-masing personal gak berusaha “menerima”.
Memang pada akhirnya, Drakor bikin kita banyak dapet insight yaah.. bukan hanya mello atau kisah cinta anak mudanya aja niih.. tapi paket lengkap ke pengasuhan beserta luka yang setiap karakter bawa.
Saya sudah nonton FAMILY BY CHOICE ini. Yang pasti hati saya begitu tersentuh. Melihat bagaimana mereka yang sesungguhnya tidak mempunyai hubungan darah sama sekali bisa menjadi keluarga kita yang sesungguhnya. Rasa aman yang terbangun membuat kita merasa nyaman di antara mereka ini. Salut juga dengan sang penulis naskah yang bisa menghadirkan detik tiap detik kejadian yang mengandung makna persaudaraan yang sangat dalam.
Wah saya belum tuntasin Go Ahead, baru Family by Choice
tapi menurut saya Tang Song Yun di Go Ahead lebih greget dibanding Jung Chae Yeon
walauuuuu…..pemeran Yoon Joo-Won semasa kecil, Oh Eun-Seo, paling the best
tentu saja itu penilaian pribadi
Jadii aku itu sering denger teman crita keseruan nonton Family by Choice bahkan ada yg nangis gegara sedih dengan temanya. Aku penasaran kan cuma belum ada waktu yg pas. Drama tentang luka batin ini bikin mewek sih ya, kayak Our unwritten Seoul juga kan sedih alurnya
Ngomongin luka lama, aku termasuk yang parnoan dalam pengasuhan anak.
Takut tindakanku sebagai ibu yang seringnya ngga disengaja menyisakan luka untuk anak.
Aku bukan orang tuan yang ngikutin banget ilmu parenting.
Tapi kalau nonton drama sebagai referensi dan sekalian belajar sih sering.
Keknya aku bakalan nonton dua drama ini deh.
Mungkin bs jadi tambahan referensi belajar jadi anak sekaligus orang tua yaa
Percaya ga sih kalau yang paling kejam itu membuat orang terus merasa bersalah. Ini kejam sekaligus efeknya ga main-main. Drama kaya gini, walau belum lihat, kayaknya menarik deh untuk disimak.
Ternyata ilmu parenting itu sangat penting ya untuk mendalami betapa kejamnya kalau membuat orang itu bersalah, dimana efeknya engga main-main. mesti ditonton nih …. drama nya