Hai, Kawan Risalah-ku! Baru juga beberapa hari lalu, aku sama temanku nyambangi warung jajanan baru. Kami pingin jajan seblak.
Kalian tahu lah ya. Asyiknya makan seblak tuh pas lagi panas gitu.
Uapnya naik pelan-pelan, aroma kencur dan cabai mulai menyeruak, dan entah kenapa, rasanya hangat, bahkan sebelum suapan pertama.
Menurutku ya, ada kok yang istimewa dari momen sederhana kayak gitu.
Ajaibnya, kadang, kita tuh nggak butuh banyak hal untuk merasa hidup. Cukup semangkuk seblak dan teman di depan kita juga sudah cukup banget kok.
Sambil ngobrolin hal-hal receh yang entah gimana, malah bikin hati berasa jadi lebih ringan.
Seblak dan Filosofi Hidup yang Nggak Ribet

Kawan Risalah-ku setuju nggak? Seblak itu sederhana. Kayak, cuma kerupuk yang direbus sampai lembek, lalu ditumis sama bumbu cabai, bawang, dan kencur.
Tapi, justru dari kesederhanaan itulah muncul rasa yang lengkap. Ada pedas, gurih, hangat, dan sedikit aroma khas yang bikin nagih.
Mirip banget sama hidup, kan? Kadang rasanya juga campur-campur. Ada pedasnya, ada gurihnya, tapi kalau kita mau menjalaninya dengan santai, tetap terasa nikmat.
Benar nggak?
Aku jadi ingat, waktu pertama kali makan seblak bareng teman kuliah. Kami duduk di kursi plastik biru, di pinggir jalan, sambil nahan pedas sampai keluar air mata.
Tapi, di situlah kami ketawa paling lepas. Soalnya, seblak yang kami pesan pedasnya nampol banget. Lucu deh! Ternyata kepedasan bareng teman bisa jadi momen yang manis buat kita kenang.
Sebagai seseorang yang suka dunia kuliner, aku tuh selalu merasa tertarik tentang gimana makanan sederhana bisa menyimpan banyak cerita.
Ya gimana dong? Tontonanku lebih sering tentang para food blogger yang mengulas makanan, termasuk seblak dengan gaya yang keren, padahal esensinya tetap sama.
Rasa hangat dan nostalgia. Dan menurutku, itu yang bikin seblak nggak pernah kehilangan pesonanya.
Obrolan Ringan, Tapi Berarti

Kawan Risalah-ku, pernah nggak kalian sadari kalau obrolan paling berkesan itu justru datang dari topik yang nggak penting lho?
Kayak tiba-tiba ngomongin mimpi aneh, atau curhat soal kerjaan yang bikin capek. Tapi yang banyak terjadi, ujung-ujungnya ketawa bareng.
Momen kayak gitu sering banget muncul di meja seblak.
Nggak ada formalitas, nggak ada basa-basi. Cuma kamu, temanmu, dan semangkuk seblak yang asapnya naik kayak sinyal.
Semua itu kayak bilang, “ayo, ceritain aja semuanya. Keluarin. Biar nggak ada lagi yang mengganjal.”
Soalnya, obrolan ringan itu bisa melebar ke mana-mana. Dari yang awalnya bahas udang saus Padang yang viral di TikTok, sampai ke nostalgia makan kue berbasis tepung beras waktu kecil.
Atau tiba-tiba muncul ide absurd, kayak bikin bawang goreng sehat biar nggak merasa bersalah buat topping seblak.
Dan di situ justru kehangatan nongkrong terasa semakin nyata. Obrolan bareng teman yang mengalir tanpa arah, tapi pulangnya hati terasa penuh.
Belajar Sederhana dari Seblak

Meskipun sederhana, nyatanya ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari semangkuk seblak lho, Kawan Risalah-ku. Apa saja itu?
Pertama, kalian bisa belajar soal sabar. Iyalah. Kalau kalian nggak mau sabar dan buru-buru masak seblaknya, yang ada kerupuknya masih keras.
Kedua, kalian bisa belajar tentang berani. Coba deh makan seblak! Pedasnya emang bisa bikin kaget, tapi justru itu yang bikin nagih.
Dan terakhir, soal bersyukur. Seperti yang kubilang tadi. Seblak tuh makanan yang sederhana. Meski begitu, rasa hangatnya bisa bikin kalian bahagia.
Aku berpikir hidup mungkin juga begitu. Kita nggak perlu menunggu semuanya sempurna untuk bisa menikmati.
Cukup berhenti sebentar, hirup aroma kencur kehidupan, dan nikmati apa yang ada di hadapan kita.
Selain itu, aku juga sempat kepikiran, kalau seblak bisa bertahan di tengah tren makanan baru seperti Pancake Kentang Korea atau makanan-makanan viral lainnya, berarti kesederhanaan nggak pernah kehilangan tempat.
Ia selalu punya ruang di hati semua orang, sama kayak momen kecil yang kita hargai tanpa sadar.
Hidup Tak Selalu Rumit, Kadang Cukup Hangat Kok
Kawan Risalah-ku, seandainya, suatu hari nanti, kalian merasa hidup terlalu ramai, terlalu cepat, atau terlalu rumit. Mungkin kalian cuma butuh istirahat sejenak sambil kulineran.
Duduk di kursi plastik, pesan seblak level sedang, dan ajak seseorang untuk ngobrol hal-hal kecil.
Karena pada akhirnya, bahagia itu nggak selalu datang dari hal besar kok. Ia bisa datang dari semangkuk seblak panas, tawa teman di sebelah, dan hati yang tenang menikmati momen kecil yang sederhana.
Benar nggak, Kawan Risalah-ku?
Note: sebagian gambar dalam artikel ini dibuat menggunakan AI Google Studio
