Halo, Kawan Risalah! Apa kabar kalian? Ada nggak sih yang masih suka menulis di blog di tengah hiruk-pikuknya media sosial saat ini?
Kalau masih ada nih ya, pernah nggak sih kalian merasa dunia digital sekarang tuh kayak terlalu ramai gitu?
Misalnya, setiap kali buka media sosial, ada aja yang baru. Entah itu video lucu, debat panas, trending yang berganti setiap jam.
Semua orang kayak berlomba-lomba bicara, tapi entah kenapa rasanya kadang kita justru merasa makin sulit mendengar diri sendiri.
Nah, di tengah hiruk pikuk itu, aku mau ngobrol sedikit tentang satu hal yang masih jadi pelarian sekaligus tempat pulang bagiku. Menulis di blog.
Antara Cepatnya Media Sosial dan Tenangnya Blog

Bagiku, media sosial itu kayak jalan tol. Cepat, ramai, dan penuh papan iklan.
Tapi blog nggak begitu lho. Blog ibarat kayak jalan kampung yang sepi dan menenangkan.
Di media sosial, kalian mungkin dituntut buat tampil menarik. Semakin menarik, maka akan semakin bagus. Kalau di blog beda cerita. Kalian cukup jadi otentik.
Belum lagi, tulisan di media sosial sering tenggelam dalam sehari ‘kan. Tapi, kalau kalian menulis di blog, itu bisa bertahan hingga bertahun-tahun.
Kadang malah dibaca oleh orang yang kalian nggak kenal, di waktu yang kalian nggak sangka. Dan anehnya, itu sering jadi momen paling menyenangkan.
Bayangin deh! Kalian tiba-tiba saja tahu bahwa ada yang nyasar ke tulisan kalian. Terus mereka juga merasakan hal yang sama dan meninggalkan komentar di tulisan tersebut. Bukankah itu menyenangkan?
Tapi, tahu nggak sih apa yang bikin lebih menarik soal blog?
Menulis Bisa dari Mana Saja
Saat posting di media sosial, kita mungkin masih harus memikirkan soal medianya, mau itu foto apalagi video yang lebih rumit lagi.
Habis itu, memikirkan caption yang sesuai dan bisa menarik perhatian follower. Sementara menulis di blog?
Aku jadi ingat cerita dari Imawati Annisa, seorang blogger yang sempat kukenal di komunitas blogger. Dia tuh sudah menulis banyak hal di blog personalnya, terutama hal-hal yang berkaitan dengan remote worker.
Mungkin dia juga sama denganku yang merasa kalau menulis di blog adalah cara menjaga kewarasan. Dalam artian, dunia kerja digital tuh cepat banget, tapi blog kayak memberiku ruang buat berhenti sejenak.
Soalnya, bagiku blog memang bukan tempat buat mengejar viralitas doang. Tapi, lebih ke tempat buat menjaga ke-otentik-an kita sendiri.
Menulis untuk Diri Sendiri
Menulis tuh ya, selain bisa menjadi pekerjaan bagi seorang remote worker, ternyata memang ada banyak sekali manfaat menulis yang sering kali nggak terlalu kalian sadari.
Benar nggak, Kawan Risalah-ku?
Jadi gini lho, saat kalian menulis, kalian tuh lagi melatih fokus, memahami diri, dan merapikan isi kepala. Bahkan ketika nggak ada yang baca, tulisan itu tetap punya arti. Seenggaknya, buat penulisnya sendiri.
Kadang aku malah merasa, kalau menulis di blog itu seperti ngobrol sama diri sendiri di ruang yang tenang. Nggak perlu filter, nggak perlu takut salah tangkap. Hanya kata dan rasa yang bertemu di tengah layar.
Dari Hobi Menulis ke Pekerjaan yang Bermakna

Aku tahu sih. Banyak orang yang mulai menulis blog karena sekadar suka. Soalnya, aku juga begitu kok.
Tapi, tahu nggak sih? Dari kebiasaan itu, lahir banyak sekali peluang yang bisa kalian dapatkan.
Misalnya nih ya, ternyata ada banyak sekali lho pekerjaan yang cocok untuk orang yang hobi menulis. Tentu saja, pekerjaan tersebut akan memberikan kalian penghasilan.
Kalian bisa jadi content writer, copywriter, script writer, editor, jurnalis, blogger, dan lain-lain.
Bahkan banyak kok remote worker yang berawal dari blog pribadi. Tulisan mereka jadi portofolio, semacam bukti tentang kemampuan berpikir dan berkomunikasinya.
Jadi, siapa bilang blog itu cuma hobi? Kadang, itu langkah pertama menuju karier yang mungkin akan sangat kalian cintai di kemudian hari.
Belajar SEO Tanpa Kehilangan Jiwa Tulisan
Sekarang ini, di dunia digital, belajar SEO jadi hal yang penting. Nggak usah ngece ya. Aku dulu juga sempat alergi sama istilah itu. Kedengarannya teknis banget.
Tapi lama-lama aku sadar, SEO bukan musuh penulis, tapi jembatan supaya tulisan kalian ditemukan oleh lebih banyak orang.
Ingat ya! Belajar SEO nggak berarti kalian harus menulis dengan kaku. Justru sebaliknya, kalian bisa belajar gimana membuat tulisan yang tetap jujur, tapi juga bisa “dikenali” oleh mesin pencari.
Soalnya, percuma juga kalau tulisan bagus, tapi nggak pernah sampai ke pembaca yang membutuhkannya. Benar nggak?
Menutup Laptop, Menenangkan Pikiran
Pada akhirnya, mungkin Kawan Risalah semua ada yang merasa bahwa menulis di blog di tengah hiruk pikuk media sosial kayak hal yang kuno.
Tapi percaya deh! Kadang, yang kuno justru yang paling manusiawi.
Aku tahu banget kalau blog mungkin bukan panggung yang besar. Yah, dia cuma taman kecil tempat kalian bisa menanam kata-kata dengan tenang.
Dan saat dunia sudah terasa terlalu bising, mungkin yang kalian butuhkan bukan konten baru. Tapi, jeda.
Kalian bisa gunakan menulis di blog sebagai jeda itu. Tempat kalian benar-benar mendengar lagi suara yang sering hilang di antara banyaknya notifikasi dari media sosial.
Jadi, teruslah menulis, Kawan Risalah. Bukan untuk algoritma, tapi untuk diri kalian sendiri yang masih ingin bercerita.
